Tuesday, April 29, 2008

GIZI BURUK

Mendengar berita kelaparan di beberapa media massa membuat hati saya sedih. Ternyata, di Belahan Indonesia ini yang berjumpa dengan maut gara-gara kelaparan. Salah satunya adalah kasus kelaparan yang berada di Makasar. Kejadian ini dialami oleh Aco, bocah 4 tahun, yang ditinggal mati ibunya yang sedang hamil gara-gara kelaparan.

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan rakyatnya, yang kenyataannya ada dan banyak yang kelaparan dan mengalami gizi buruk? Namun sebagai seorang blogger saya juga tidak menyalahkan siapa-siapa. Namun saya menekankan untuk lebih memperhatikan rakyat kecil yang sedang kesusahan apalagi mengalami kelaparan.

Atas maraknya kasus kelaparan dan gizi buruk, maka TuguPahlawan.Com mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun anti kelaparan dan gizi buruk. Bagi Anda yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan ini, yang perlu anda lakukan adalah

Jangan sampai sekitar kita menderita gizi buruk dan kelaparan, Jika ada, maka yang perlu anda lakukan,

* ulurkan tangan anda, dengan cara:
* keluarkan tenaga dan segera bantu untuk menolong mereka.
* keluarkan dana jika memang tak terlalu besar persolannya. Jika tak sanggup, segera laporkan pada pihak yang berwenang, pejabat RT, RW dan kelurahan setempat. Jika satu kampung tak ada yang mampu, segera laporkan ke dinas sosial setempat atau LSM yang peduli dengan keadaan anda dan kampung anda. Apabila anda dan kampung anda terbebas dari ancaman kelaparan dan gizi buruk, maka yang perlu anda lakukan
* kerahkan pikiran untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan dengan berbagai media yang ada, radio, tv, media cetak dan juga internet (blog).

TIDAK SEMUA GIZI BURUK DIAKIBATKAN KELAPARAN

Di berbagai daerah diberitakan media banyak terjadi kasus gizi buruk. Dan kasus ini menjadi sorot perhatian media. Memang salah satu penyebab dari gizi buruk adalah kemiskinan, sehingga menyebakan kelaparan. Tapi penyebab lain munculnya gizi buruk yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat akan makanan bergizi.

Gizi buruk tidak hanya dialami oleh kaum yang berstatus sosial rendah saja, tetapi juga kaum orang berpunya. Mereka mampu membeli makanan yang harganya mahal, tetapi anak mereka digolongkan sebagai anak di bawah garis merah (gizi buruk). Ibu saya, adalah sukarelawan kader posyandu, beliau mengatakan bahwa gizi buruk tidak hanya diakibatkan kemiskinan saja, tetapi bisa juga diakibatkan kurang pengetahuan orang tua akan makanan bergizi tinggi. Dan masyarakat sekarang lebih senang akan makanan yang instan (serba cepat dan praktis). Padahal makanan cepat saji atau jajanan yang praktis belum tentu bisa mencukupi kebutuhan tubuh balita atau anak. Memang benar apa kata ibu saya, banyak sekali orang tua yang tidak tahu akan apa dan bagaimana sih makanan bergizi? Mereka hanya berfikir yang penting makan kenyang dan enak.

Kalo ditanya mengenai makan kenyang dan enak? Inilah yang sulit dijawab bagi oang miskin, di tengah kebutuhan yang semakin mahal, minyak goreng mahal, minyak tanah mahal, BBM mahal, sembako pun mahal, sayur pun mahal, bahkan untuk membeli LPG pun belum tentu mampu. Mereka dituntut untuk bertahan hidup dengan makan apa adanya, kadang makanan yang sudah basi di makan, makanan yang masih mentah pun dimakan, bahkan tidak makan sampai berhari-hari pun bisa jadi dilakukan. Padahal agar terhindar dari gizi buruk mereka harus makan makanan bergizi yang notabene dengan makan yang 4 sehat 5 sempurna. Sunguh menyedihkan mereka bertahan hidup dengan cara begitu. Oleh karena itu, bagi rekan-rekan atau para pembaca yang ingin berpartisipasi untuk membantu meringankan beban orang yang seperti di atas, silahkan kirimkan bantuan Anda melalui program TPC peduli.

Kembali ke laptop, di tengah harga yang semakin mahal, masyarakat dituntut untuk bisa membuat makanan yang cukup gizi. Rasanya memang sulit memenuhi hal tersebut, pasalnya untuk membuat makanan bergizi pun membutuhkan biaya yang mahal. Misalnya sayur bayam, bayam menurut popeye adalah sumber tenaga yang bisa membuatnya menjadi kuat. Tetapi untuk membuat sup bayam namun gizinya tetap tinggi pun susah. Bahkan kalaupun supnya udah jadi belum tentu sup tersebut sudah mencukupi kebutuhan gizi tubuh. Kandungan gizi dalam bayam tersebut berkurang ketika dimasak (digodok). Nah, sulit bukan membuat sup bayam yang bergizi?

Beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini. Masyarakat sekarang kurang menyadari apa dan bagaimana makanan bergizi, masyarakat sekarang lebih senang terhadap makanan instan yang belum tentu kandungan gizinya cukup, masyarakat sekarang banyak yang meninggalkan sayuran, dan masyarakat sekarang kurang sadar akan pentingnya posyandu. Nah, itulah penyebab lain dari gizi buruk. Bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan saja tapi juga seperti hal yang saya sampaikan di atas.

Rasanya program konversi LPG dan peniadaan minyak tanah bersubsidi kurang tepat dilakukan pada saat ini. Pasalnya, dampak setelahnya itu ang rawan. Mudah-mudahan pemerintah atau bahkan lembaga terkait dapat memahami dan mengantisipasinya.

Create your own at MyNiceSpace.com